B A B. I I
Mengenai
masalah pendidikan pada khususnya, pemanfaatan teknologi infromasi ini akan membawa
perubahan yang sangat berarti baik dalam hal sistem pendidikan yang akan
dikembangkan, materi yang akan disampaikan, bagaimana proses intruksional dan
pembelajaran akan dilakukan, hambatan-hambatan yang akan dihadapi baik oleh
murid , guru, penyelenggara pendidikan, regulator. Dan bahkan mungkin salah satu
faktor yang paling penting dalam masalah Teknologi Informasi adalah masalah
jaringan atau media akses yang menjadi jembatan antara sumber belajar dan
pihak-pihak yang terlibat dalam proses belajar-mengajar.
Didalam
uraian berikut akan dipaparkan konsep web based learning atau internet based
learning atau yang dikenal dengan e-learning. Penggunaan media dalam
suatu proses pengajaran tentu saja akan menimbulkan proses belajar mengajar
yang tidak sama dengan proses pengajaran dengan sistem tatap muka. Terdapat
perbedaan dalam proses pembelajaran menggunakan media tersebut, sehingga secara
teknis mungkin akan ditemui banyak tantangan.[1]
Oleh karena itu, kemungkinan-kemungkinan yang akan dihadapi oleh para pelaku
sistem pendidikan dengan memanfaatkan teknologi informasi ini.
Suatu sistem atau proses yang
menghubungkan learner/siswa dengan siswa yang lainnya maupun dengan suatu
sumber pengetahuan, baik instruktur, seorang ahli data base maupun sebuah
perpustakaan yang masing-masing terpisah oleh suatu jarak dan harus
berinteraksi baik secara synchronous maupun asynchronous.
Synchronous
adalah suatu sistem dimana interaksi antara
komponen-komponen yang saling berhubungan, dapat terjadi secara bersamaan atau real
time.[2]
Sedangkan asynchronous adalah proses interaksi yang tidak terjadi dalam
waktu yang bersamaan.
Mungkin
terdapat sedikit kerancuan dengan berbagai istilah seperti e-learning,
online/internet learning, dan web based learning. Penulis mencoba menguraikan
sedikit perbedaan yang tampak pada ketiga istilah tersebut. E- learning adalah
suatu konsep belajar berbasiskan teknologi baik itu teknologi informasi,
telekomunikasi, maupun digital. Sedangkan online/internet learning mempunyai
batasan yang lebih sempit, dimana teknologi yang digunakan adalah teknologi
informasi khususnya Internet. Belajar melalui e-mail, situs web tertentu, dan
semua aplikasi berbasis Internet. Sedangkan web based learning adalah suatu
sistem belajar jarak jauh berbasis teknologi informasi dengan antarmuka web.[3]
Perkembangan teknologi Internet
berjalan sangat cepat dan hampir semua orang yang sudah mengenalnya ingin
beraktifitas dengan fasilitas yang disediakan oleh teknologi ini. Berbagai
Informasi dapat diakses melalui halaman-halaman di alamat situs[4] Internet tersebut. Kemudian apakah perbedaan
antara situs web yang hanya menyampaikan informasi saja, dengan sebuah situs
web yang menyampaikan suatu bahan ajar tertentu. Di bawah ini merupakan
beberapa perbedaan pokok antara program atau situs web yang hanya menyampaikan
infromasi dan situs web yang menyampaikan materi pembelajaran, yaitu:
1.
Suatu situs web yang hanya menampilkan informasi, tidak akan menyebabkan
penerima informasi merasa bertanggung jawab untuk melakukan suatu perbuatan
atau penampilan yang dapat diukur atau dinilai. Seringkali situs web seperti
ini menyajikan sesuatu yang umum untuk memberikan deskripsi mengenai gagasan
maupun tentang materi tertentu. Tujuannya mungkin untuk memperkuat minat,
memberikan orientasi apabila si penerima materi (pelajar) melakukan suatu
perbuatan yang dapat diukur dan dipertanggung jawabkan, maka situs web ini
sudah melakukan tugas instruksional).
2. Sedangkan situs web yang hanya menampilkan suatu pembelajaran, menyebabkan para penerima program dapat membuktikan bahwa mereka telah melakukan proses belajar. Para pengembang konten (content developer), instruktur dan siswanya bertanggung jawab atas keberhasilan program instruksional tersebut dan harus dapat menunjukan bukti keberhasilannya.
Bahkan
untuk situs web yang menyampaikan aspek pembelajaran pun sangat bervariasi,
maka klasifikasi sangat diperlukan agar mudah untuk ditelaah dan dianalisa.
Berdasarkan media dan tingkat interaktifitas web based learning, Web based
Learning yang telah diidentifikasikan terdiri dari:
a. Teks dan Grafik Web based Learning.
Teks
dan Grafik adalah bentuk yang paling sederhana dalam web based training
program. Instruktur hanya menyimpan materi-materi kursus atau pelatihannya
d idalam web, dan murid dapat mengaksesnya dengan mudah. Karena hanya
menampilkan teks dan grafik saja, level interaktifitas dari model web learning seperti ini sangat
rendah.
b.
Interactive Web based Learning.
Model web
learning seperti ini memiliki level interaktifitas yang lebih tinggi dibanding
model yang pertama. Biasanya model ini dilengkapi dengan sarana-sarana latihan
atau self-test, text entry, column matching, dan lain-lain.
c. Interactive Multimedia Web based Learning.
Kebanyakan program pelatihan atau belajar dengan
menggunakan model seperti ini biasanya bisa membuat interaksi antara guru dan
murid secara real-time melalui audio dan video streaming, interactive
web discussion, bahkan audio/video desktop conference. Level interaktifitas
model ketiga ini paling tinggi diantara yang lainnya dan paling rumit dalam
pelaksanaannya, tetapi model ini diharapkan dapat mencakup semua kondisi
belajar-mengajar pada kelas tatap muka.
Dalam uraian diatas telah
dipaparkan mengenai jenis-jenis web learning berdasarkan level interaktifitas
dan medianya. Web based learning ternyata tidak hanya menyinggung masalah
pendidikan dan pelatihan saja. Ada sisi bisnis yang dapat dilihat dari web
based learning ini. Penulis tidak bermaksud mengutamakan sisi bisnis dari suatu
sistem pendidikan, tetapi kita tidak bisa mengabaikan bahwa sebetulnya
seluk-beluk pendidikan itu tidak jauh dengan apa yang disebut bisnis, termasuk
web based learning.
Dari sisi
pola bisnisnya, terdapat beberapa jenis web based learning yang saat ini
berkembang, yaitu:
1.
Free Course Commercial Advantage
Free
course biasanya mengambil nilai komersil dari para pemasang
iklan dan penyedia isi tersebut. Tentu saja penyedia konten disini harus
membawa misi “pendidikannya”. Model seperti ini umumnya menggunakan media teks,
gambar, kuis interaktif, chat, bahkan free e-mail address. Interaksi antara
guru dan murid, murid dan murid lainnya dilakukan melalui mailling list,
e-mail atau text chating. Web jenis ini sudah mulai dikembangkan seperti http://www.englishpractice.com,
http://www.globalenglish.com,
http://www.englishtown.com
.
Institusi
bisnis juga dapat menggunakan metode ini untuk mendidik para pelanggannya atau
bahkan karyawannya. Perusahaan-perusahaan besar seperti PT TELKOM, PT INDOSAT,
BCA, Astra, Lippo adalah perusahaan-perusahaan yang mempunyai banyak produk,
pelanggan, dan karyawan yang tersebar hampir di seluruh Indonesia. Dengan
banyaknya produk tersebut, maka sudah menjadi kewajiban perusahaan untuk
mendidik para pelanggannya, bahkan tidak menutup kemungkinan pula karyawan
mereka sendiri tidak mengetahui produk-produk perusahaan tempatnya bekerja. Web
based Learning jenis ini sangat tepat untuk digunakan sebegai media untuk
mendidik pelanggan dan karyawan, karena tidak ada paksaan dan beban biaya untuk
mengikutinya. Selain itu provider/institusi yang menggunakan media ini akan
tetap mendapatkan keuntungan dari pemasangan iklan. Namun, banyaknya pemasang
iklan sangat tergantung pada jumlah pengunjung terhadap web yang dikembangkan.
Kenyataanya, walaupun tidak mendapat keuntungan dalam bentuk uang institusi,
mereka memperoleh keuntungan dengan meningkatkan wawasan karyawan dan
konsumennya (hal ini tidak ternilai harganya). Keuntungan lain bagi konsumen
dan karyawan dapat mengikuti materi ini kapan saja dan dari mana saja mereka
mau.
Jenis
web based learning ini bisa juga digunakan untuk edu-marketing. Produk-produk
baru dapat dipasarkan dengan gaya belajar-mengajar. Bagian teknis atau commercial
overview ditampilkan lebih awal dan diteruskan dengan evaluasi atau kuis.
Untuk lebih menarik dapat juga dibuat suatu kuis berhadiah secara periodik
melalui web.
2. Co mmercial Courses
Sebagaimana
kursus konvensional (tatap muka), semua
proses yang ada ditransformasikan ke dalam web. Mulai dari proses registrasi,
pengambilan mata pelajaran, dan evaluasi. Sebelum kursus dimulai, siswa harus
terlebih dulu membayar biaya kursusnya. Bahkan beberapa situs web melengkapinya
dengan Virtual Library, contohnya dapat dilihat di http://www.unitar.my.edu,
http://www.ivlu.com.
Web Learning yang menyediakan kursusnya secara komersial, cakupan materinya
meliputi kursus bahasa sampai ke kursus teknologi Internet. Bahkan ada yang
berani menawarkan kursus setingkat sekolah menengah dan diploma melalui
Internet http://www.keystonehighschool.com.
Sedangkan untuk kursus-kursus mengenai teknologi komputer seperti perancangan
Web dan Grafis, Aplikasi Software, Basis Data, Teknologi Jaringan dapat dilihat
keterangannya di http://www.smartplanet.com
.
3. Learning Application Service Provider
Penyedia layanan ini biasanya
adalah para pembuat atau produsen perangkat lunak aplikasi Distance Learning.
Jadi selain menjual produk perangkat lunaknya, mereka juga memberikan service
terhadap penggunaan perangkat lunak. Lisensi service untuk perusahaan lain
tidak diberikan. Pembeli atau institusi yang membeli dapat meminta lisensi
produknya untuk penggunaan internal saja. Selain menjual produk dan service, ada
juga yang betul-betul hanya menjual servicenya saja tanpa menjual produk.
Contohnya dapat dilihat di http://www.placeware.com .
Produsen-produsen
software lain yang melakukan hal ini antara lain dapat dilihat pada situs http://www.learnlinc.com,
http://www.wpine.com,
http://www.centra.com,
http://www.contigo.com,
http://www.webct.com.
Harga yang ditawarkan juga bermacam-macam dengan jangka waktu tertentu. Sebagai
contoh : Placeware menyewakan tempatnya $400/kongkuren user/tahun. Kongkuren
user disini adalah banyaknya user yang menggunakan fasilitas tersebut dalam
waktu yang bersamaan. Learnlinc misalnya menyewakan space dengan harga $6-$18
/user/jam, tetapi mereka baru memberikan service ini untuk US dan Canada saja.
4. Learning Portal
Seperti
web-web portal lainnya, distance learning portal merupakan suatu web
yang berfungsi sebagai gerbang menuju informasi-informasi lain yang
dititikberatkan pada Learning, education, learning technology, dan
informasi yang berkaitan dengan belajar. Learning portal ini ada bermacam-macam.
Ada yang khusus menyediakan kursus-kursus yang gratis, dan juga yang sekedar
menyediakan link-link ke informasi pendidikan yang lain. Contoh-contoh situs
web seperti ini adalah http://www.1to80.com,
http://www.learn2.com,
http://www.fatbrain.com.
Sebagaimana portal lainnya, portal ini mengambil nilai komersil saja melalui
para pemasang iklan di situs webnya.
Selain
model-model diatas, ada sebuah model yang sekarang ini berkembang karena adanya
teknologi baru itu, yaitu konsultasi. Model ini merupakan sebuah bisnis yang
lumayan menghasilkan keuntungan dalam jumlah yang besar, akan tetapi memerlukan
sumber daya yang tidak sedikit dan tentu saja dengan kualitas yang baik. Dari
beberapa konsultan, penulis telah mengamati satu institusi yang sangat baik
dalam melakukan bisnis ini, yaitu Teletraining Institute, dimana informasinya
dapat dilihat di http://www.teletrain.com.
Beberapa pergesaran mendasar
& drastis paradigma dunia pendidikan karena perkembangan pesat di teknologi
informasi khususnya Internet yang pada akhirnya mempercepat aliran ilmu
pengetahuan menembus batas-batas dimensi ruang, birokrasi, kemapanan dan waktu.
Kita perlu menyadari bahwa di Internet bukan hanya ilmu pengetahuan yang dapat
di transmisikan pada kecepatan tinggi akan tetapi juga data dan informasi.
Kemampuan untuk mengakumulasi, mengolah, menganalisi, mensintesa data menjadi
informasi kemudian menjadi ilmu pengetahuan yang bermanfaat sangat penting
artinya.
C.
Sarana dan Prasarana yang dibutuhkan
Untuk merelaisasikan sebuah sekolah maya
yang berdasarkan pada web based learning, fasilitas yang perlu dipertimbangkan,
apa saja, bagaimana, sumberdaya manusia
Sebelum mumutuskan untuk merubah proses pendidikan agama dari system konvensional menjadi system e-learning, para penyusun kebijaksanan dibidang pendidikan perlu melakukan observasi dengan mengemukakan beberapa pertanyaan sebagai berikut:
q Berapakah biaya untuk mengkonvergensi pembelajaran dalam kelas menjadi format elektronik multimedia ?
q Perlukah semua materi pelajaran agama dimigrasikan dalam ke dalam model e-learning tersebut ?
q Bagaimana cara memeriksa efektivitas dari proses migrasi tersebut
q Faktor
manusia apa yang terlibat dalam penerimaan terhadap perubahan tersebut
Biaya pembangunan belajar berbasiskan web (internet) atau elektronik
multimedia bergantung pada sejumlah faktor yang berbeda untuk masing-masing jenis
kursus, dan juga bergantung pada apakah kursus tersebut diselenggarakan secara
internal, eksternal, atau dua-duanya. Beberapa faktor yang kritis tersebut
adalah :
Jika demikian, pembangunan sistem web based learning oleh vendor yang
berpengalaman merupakan sebuah saran yang direkomendasikan. Tentu saja biaya
yang diperlukan juga bervariasi tergantung pada vendornya sendiri dan tingkat
kesulitan pembuatannya. Salah satu cara penentuan biaya tersebut adalah dengan
menentukan tingkat isi dari sistem yang dibuatnya, sebagai berikut
Level I :
Polish and Publish Level
Grafik, teks, pertanyaan-pertanyaan disediakan oleh vendor dalam
bentuk elektronik. Tidak ada modifikasi grafiks dan pengembangan desain yang
minimal. Pre dan Post test diberikan dan interaktivitasnya di sajikan untuk
setiap delapan halaman.
Level
II : Standar Interface
Grafik, teks,
pertanyaan-pertanyaan dikonversikan dalam bentuk web oleh vendor. Menggunakan
grafik diam, basic testing (benar-salah, dan format multi choice; pre dan
post-test ) dengan feedback yang sederhana (benar/sala). Animasi sedehana
menggunakan 2-4 sel. Hanya satu interaktivitas untuk setiap enam halaman.
Level III ;
Sumber daya manusia merupakan faktor yang utama dalam sektor ini. Sebagai
contoh, seorang intruktur yang akan mengajar melalui internet, sebaiknya pernah
pula belajar melalui internet, sehingga sang guru atau pengajar tersebut dapat
mengatasi kesulitan apa saja yang akan ditemui oleh muridnya pada saat
melakukan proses belajar. Dalam hal ini, sudah menjadi kewajiban instruktur
tersebut untuk menemukan solusi yang tepat dalam proses belajar mengajar yang
akan dilaluinya. Menurut penulis, agar kualitas pendidikan dan guru merata di
seluruh negeri ini, ada baiknya apabila pembelajaran jarak-jauh menggunakan Teknologi
Informasi dimulai dari kalangan guru. Alangkah baiknya apabila penyediaan SDM
guru dicoba dengan menggunakan teknologi Internet ini. Karena guru yang akan
menjadi pengajar dengan menerapkan teknologi ini harus terbiasa dalam mencari
informasi di Internet, sehingga guru dapat
menjadi seorang “pelajar yang ahli” (expert learner) yang
nantinya dapat membantu siswa menjawab dan mencari penyelesaian dari semua
masalah. Dan guru tidak lagi menjadi orang yang selalu mengetahui semua jawaban
dan menentukan soal-soal apa saja yang akan diberikan kepada muridnya.
E.
Pengembangan Pendidikan Jarak Jauh Berbasis Web
a.
Pendidikan Jarak Jauh (Distance Learning)
Ada fakta yang tak terbantahkan bahwa banyak orang di dunia dewasa ini
terutama di negara-negara yang berkembang dan berpenduduk banyak masih memiliki
tingkat “buta hurup” yang mengkhawatirkan. Untuk mengatasinya pada tahun 1987
UNESCO meluncurkan kampanye “Program Asia Pasifik mengenai Pendidikan untuk
Semua (APREAL). Konferensi dunia tentang “ Pendidikan untuk Semua (PUS) kemudia
diselenggarakan pada tanggal 5-9 Maret 1990 di Jamtien Thailand dengan prakarsa
gabungan UNESCO, UNICEP dan UNFPA, serta didukung oleh Bank Dunia.
Konferensi tentang PUS tersebut menghasilkan deklarasi, sebagiannya tentang
pentingnya pendidikan dasar. Bahwa
ruang lingkup pendidikan dasar itu meliputi ;
a)
Pendidikan
awal dan perawatan anak usia dini
b)
Universalisasi
pendidikan dasar
c)
Program
bemberantasan buta hurup
d)
Pendidikan
berkelanjutan dan belajar seumur hidup [5]
Dalam Undang-undang
Sistem Pendidikan Nasional tahun 1989 menyatakan bahwa setiap warga negara
memiliki hak untuk memperoleh pendidikan dan pemerintah bertanggung jawab
terhadap pendidikan warga negaranya.
Bentuk praktek pendidikan yang beragam pada dasarnya mencerminkan teori dan
filsafat pendidikan yang mendasarinya. Dalam pendidikan dasar, menengah, maupun
tinggi banyak sekali aliran pemikiran tentang pendidikan, mulai dari yang
menekankan kontrol yang sangat sistematis dan ketat terhadap proses belajar,
sampai dengan yang memnerikan keleluasan kepada peserta didik untuk
mengembangkan strtegi belajarnya. Dipandang dari segi metode penyampaian materi
ajar yang terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung, implikasi kedua
kutub pemikiran ini melahirkan dua sistem pendidikan yang kini kita kenal
dengan pendidikan konvensional (tatap muka) dan sistem pendidikan jarak jauh.
Dalam
pendidikan konvensional, guru dan murid berada pada satu ruang dan waktu yang
sama. Selama proses belajar berlangsung, menejemen kelas sepenuhnya berada di
tangan seorang guru. Aktivitas seperti mengambsen, menerangkan, menanya,
menjawab, mengawasi, memotivasi, menilai dan sebagainya diekspresikan secara
langsung. Dengan demikian siswa juga dapat memberikan tanggapan secara
langsung.
Dalam pendididikan jarak jauh, guru dan siswa tidak berada ruang dan waktu
dan sama. Karena secara geografis terpisah, kontrol guru terhadap perilaku
siswa hampir tidak ada karena sang guru mengambil jarak dan membatasi diri
berinteraksi langsung dengan siswa. Sebagian besar komunikasi guru dan murid
dilakuakan melalui media. Guru dapat mengetahui kemajuan belajar siswa jika dan
hanya jika siswa memberikan respon terhadap tugas atau ujian yang diberikan
kepadanya. Respon tersebut merupakan salah satu alat bagi guru untuk mengukur
keberhasilan siswa. Dalam hal ini guru tidak peduli bagaimana siswa belajar
serta bagaimana memebrikan respon dengan benar. Mekanisme sistem belajar jarak
jauh pada umumnya mengharuskan lembaga penyelenggara pendidikan tersebut mempercayai
akan kejujuran dan kemandirian siswa.
Walau secara konseptual pendidikan konvensional dan pendidikan jarak jauh
terletak pada bentuk interaksi antara guru/instruktur dan murid dalam praktek,
ternyata banyak aspek yang membedakan kedua sistem tersbut. Karakteristik
peserta didik pedidikan jarak jauh, jenis program yang ditawarkan, peran
sumberdaya manusia, manajemen, teknologi, dan sbagainya relatif berbeda dengan
yang dimiliki oleh pendidikan konvensional. Meskipun demikian, tampaknya
perbedaan tersebut bukan merupakan kendala untuk mengembangkan pendidikan jarak
jauh tersebut. Dan jalan menuju pendidikan yang mencerahkan dan membebaskan
masih terbuka lebar dan masih selalu mencari formasi baru untuk meningkatkan
kualitasnya.
Perry dan Rumbel menegaskan bahwa dalam kontek pendidikan jarak jauh
(distance education), pengertian “jarak jauh”
adalah tidak terjadinya kontak dalam bentuk tatap muka langsung antara
guru dan siswa ketika proses belajar mengajar berlangsung. Dengan demikian
pendidikan jarak jauh adalah komunikasi dua arah yang dijembatani dengan media seperti surat, teleks, radio, telephon,
modem, komputer dan lain sebagainya.
Karena itu menurut Perraton, jika kita ingin membangun pendidikan
jarak jauh, sebenarnya tidak lepas dari filsafat pendidikan dan teori
komunikasi atau teori difusi yang ada. Ia mengatakan bahwa dalam mengembangkan
pendidikan jarak jauh hendaknya mempertimbangkan aspek ekspansi dan dialog.
Ekspansi (perluasan atau pemerataan dan pengembangan) pendidikan diperlukan
karena pendidikan berkaitan dengan kekuasaan, sehingga dari perspektif tersebut
timbul anggapan bahwa pendidikan identik dengan proses untuk mendapatkan
kekuasaaan. Bagaimana ekspansi tersebut berlangsung dengan dialog menjadi
sangat penting.
Kata “dialog”
dalam konteks ini, jika ditafsirkan dengan tidak hati-hati, bagaikan pisau
bermata dua; memperkuat pengembangan konsep pendidikan konvensional dan
memperlemah konsep pendidikan jarak jauh dengan menonjolkan aspek psikologis
dialogis, maka kita akan cenderung berkesimpulan bahwa pendidikan akan efektif
karena peserta didik merasa lebih nyaman dan termotivasi untuk belajar. Tanpa dialog, pendidikan akan berubah menjadi indoktrinasi (Perraton
1981). Para ahli pendidikan jarak jauh harus mempertimbangkan hal tersebut
dan secara kontinue untuk mengkaji segala kemungkinan dan menuangkan konsep
belajar sebagai aktivitas menyenangkan, bukan beban.
Dari segi teori, Sewart, Keagen dan Holmberg yang dijalas oleh Juhari (1990) secara garis besar membedakan
tiga teori utama tentang pendidikan jarak jauh yang masing-masing adalah teori
otonomi dan belajar mandiri, industrialisasi pendidikan, dan komunikasi
interaktif.
Teori pertama adalah teori otonomi dan belajar mandiri, pada dasarnya
sangat dipengaruhi oleh padangan social democrat dan filsafat pendidikan
liberal yang menyatakan bahwa setiap individu berhak mendapat kesempatan yang
sama dalam pendidikan dan setiap uapaya intruksional hendaknya diupayakan
sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kebebasan dan kemandirian pada
peserta didik dalam proses belajarnya (Sewart, Keagen dan Holmberg ). Peserta didik memiliki kebebasan untuk
mempertimbangkan dan merumuskan sendiri apa yang akan dipelajari dan bagaimana
mempelajarinya. Artinya, jika dalam pendidikan konvensional siswa lebih banyak
berkomunikasi interpersonal atau berkonsultasi dengan manusia, maka dalam
pendidikan jarak jauh ia lebih banyak
melakukan komunikasi intrapersonal dengan masukan berupa informasi atau bahan
ajar dalam bentuk elektronik, cetak maupun non cetak.
Teori yang kedua adalah
industrialisasi pendidikan yang dikemukan oleh Peter (1973) dalam keagen
(1980), ia mengatakan bahwa pendidikan jarak jauh meruapakan bentuk
industrialisasi aktivitas belajar mengajar yang dalam penyelenggaraannya
bercirikan pembagian kerja dan produksi (bahan ajar) secara massal. Ia
merupakan metode untuk mengajarkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dam sikap
dengan cara menerapkan berbagai perinsip industrialisasi dan pemanfaatan
teknologi yang tujuannya adalah untuk memproduksi bahan ajar yang berkualitas
secara masssal sehingga dapat digunakan secara bersamaan oelh sejumlah besar
peserta didik yang tempat tinggalnya tersebar di seluruh pelosok negara.
Teori yang ketiga adalah teori
interaksi dan komunikasi [6]
. Teori ini muncul karena banyak ahli pendidikan yang sepakat bahwa pengertian
belajar mandiri tidak berarti belajar sendri. Kontak peserta didik dengan
komponen institusi penyelenggara pendidikan jarak jauh masih diperlukan, baik
untuk kepentingan hal-hal yang bersifat administratif maupun akademis; bahkan
kadang-kadang psikologis. Teori ini
didukung pula oleh Holmberg yang
memperkenalkan konsep “guided didactic conversation” yakni adanya
dialog yang bersifat membimbing dan mendidik peseta didik sehingga mereka
merasa asyik – nyaman diajak “berbincang-bincang” membahas topik yang mereka
minati. Artinya bahan ajar yang dipelajari oleh peserta didik harus didesain
sedemikian rupa sehingga menarik dan bersifat “self-intructed”.
Dari beberapa pengertian yang telah dikembangakan para ahli, bila
diidentifikasikan, maka pendidikan
jarak jauh paling tidak mengandung beberpa element sebagai berikut :
v
Pemishan
guru dan siswa (walau tidak sepenuhnya)
v
Kemandirian
siswa (diharapkan relatif lebih tinggi daripada kemandirian siswa pendidikan
konvensional)
v
Pengorganisasian
produksi (industri) bahan ajar secara massal
v
Pemanfaatan
media intruksional yang interaktif
b. Pendidikan
Jarak Jauh Berbasiskan Web
Distance Learning atau pendidikan jarak jauh
sebenarnya bukanlah sesuatu hal atau barang yang baru di dunia pendidikan.
Sudah cukup banyak lembaga atau institusi yang melakukan hal ini dan biasanya
dilakukan dengan mengirimkan berbagai materi kuliah dan informasi dalam bentuk
cetakan, buku, CD-ROM, video langsung ke alamat peserta pendidikan jarak jauh.
Tidak hanya hal-hal yang berhubungan dengan kuliah secara langsung saja yang
dikirimkan ke peserta tapi juga berbagai masalah administrasi dan manajemennya.
Bila kembali ke konsep dasar pada suatu
sistem pendidikan ‘tradisional’ yang dilakukan saat ini, para siswa dan guru
bertemu pada suatu tempat dan waktu tertentu. Sistem pendidikan ‘tradisional’
ini kelak akan bergeser ke pada suatu ‘distance learning based education
paradigm’ dengan dilandasi bahwa agak sulit untuk mengumpulkan peserta kursus,
training atau pendidikan pada satu waktu dan tempat tertentu sedangkan peserta
tersebar di wilayah yang berbeda-beda dan pada dasarnya materi-materi yang
seharusnya disampaikan di kelas, dapat diberikan tanpa kehadiran para peserta
dan dosen secara langsung di kelas.
Perkembangan teknologi informasi yang sangat
pesat dewasa ini, khususnya perkembangan teknologi internet turut mendorong
berkembangnya konsep distance learning ini. Ciri teknologi internet yang selalu
dapat diakses kapan saja, dimana saja, multiuser serta menawarkan segala
kemudahannya telah menjadikan internet suatu media yang sangat tepat bagi
perkembangan distance learning selanjutnya.
Bergesernya perkembangan distance learning ke media internet membuat munculnya suatu paradigma baru dalam distance learning yaitu ‘asyncronous time and separated location distance learning’. Jelasnya, media ini mampu menembus batasan waktu dan tempat. Cepatnya penyampaian informasi dan materi menjadikan teknologi ini sebagai suatu pertimbangan utama penggunaannya dalam distance learning. Hal ini sejalan dengan adanya cyberschool yang telah ada saat ini. Konsep cyberschool sebenarnya bagian dari suatu kesatuan distance learning, hanya saja cyberschool kurang memfasilitasi interaksi antara murid dan guru. Cyberschool hanya mendistribusikan materi-materi secara online. Memadukan dua hal ini akan sangat menguntungkan untuk mewujudkan suatu internet community di Indonesia khususnya.
Berkembangnya teknologi dalam Sistem Pendidikan Jarak jauh ini kerap menimbulkan suatu pertanyaan, ‘Bagaimana suatu teknologi dapat menggantikan sistem pendidikan tradisional yang melibatkan interaksi langsung antara peserta dan pendidik ?’.
Untuk menjawabnya, kita harus mengetahui dahulu bagaimana sistem pendidikan jarak jauh yang efektif dan sebelum membuat suatu web based distance learning, harus mempertimbangkan berbagai aspek-aspek yang perlu serta trade-off-nya untuk mencapai suatu sistem pendidikan jarak jauh yang baik.
Suatu sistem pendidikan jarak jauh secara umum, akan sukses apabila di dalamnya melibatkan interaksi maksimal antara guru dan muridnya, antara murid dengan berbagai fasilitas pendidikan dan interaksi antara murid dengan murid serta melibatkan pola pembelajaran yang aktif di dalam interaksi itu. Kita mendapati berbagai aspek di atas dalam sistem pendidikan tradisional yang melibatkan interaksi ‘face-to-face’ antara murid dan guru, apakah sistem pendidikan jarak jauh dapat mengatasi interaksi ‘face-to-face’ antara guru dan murid di kelas secara 100 %. Jawabannya, tergantung kepada media yang digunakan tapi angka 100 % itu bukanlah sesuatu mudah untuk dicapai oleh sistem pendidikan jarak jauh, yang jelas ada suatu trade-off teknologi yang dapat mendekati angka di atas.
Penggunaan teknologi dalam menunjang suatu sistem pendidikan jarak jauh harus diperhatikan dari bentuk pendidikan yang diberikan. Suatu kursus bahasa Inggris salah satunya, pada akhir perkuliahan peserta dituntut untuk mempunyai reading dan listening skill yang baik, untuk itu medianya dapat berupa sound, gambar dan bentuk multimedia lainnya yang dapat di kirimkan melalui internet.
Bila dibatasi pada web based distance learning maka pengguna atau dalam hal ini guru dan murid memerlukan fasilitas internet untuk tetap menjaga konektivitas dengan distance learning tersebut. Kemampuan peserta untuk tetap menjaga connectivity menentukan bagi kesinambungan suatu sistem pendidikan jarak jauh. Dengan cara inilah kita dapat menciptakan suatu internet based community di Indonesia.
Suatu sistem pendidikan jarak jauh dapat kita sederhanakan dan formulasikan sebagai berikut :
Materi pendidikan + teknologi untuk berinteraksi + guru = pembelajaran bagi murid.
Apabila kita umpamakan suatu web based distance course sebagai suatu community maka di dalamnya harus dapat memfasilitasi bertemunya atau berinteraksinya murid dan guru. Agak sulit memang untuk memindahkan apa yang biasa dilakukan oleh guru di depan kelas kepada suatu bentuk web atau materi online yang harus melibatkan interaksi berbagai komponen di dalamnya. Adanya sistem ini membuat mentalitas dosen dan guru harus berubah dan sudah seharusnya, perbedaan karakteristik guru atau dosen dalam mengajar tidak tampak dalam metode ini.
Seperti layaknya sebuah sekolah atau universitas, metode ini juga harus mampu memberikan informasi perkuliahan kepada peserta. Informasi itu harus selalu dapat diakses oleh siswa dan dosen serta selalu ter-update setiap waktu.
Informasi yang sering dibutuhkan itu berupa silabus kuliah, jadwal kuliah, pengumuman, siapa saja peserta kuliah, materi kuliah dan penilaian atas prestasi siswa.
Bila kita buatkan suatu model maka suatu web based distance learning setidaknya memiliki unsur-unsur sebagai berikut :
· Pusat kegiatan siswa
sebagai suatu community, web based distance learning harus mampu untuk menjadikan sarana ini sebagai tempat kegiatan mahasiswa dimana mahasiswa dapat mengasah kemampuannya, membaca materi kuliah, mencari informasi dan sebagainya.
· Interaksi dalam group
Disini para murid dapat berinteraksi satu sama lain untuk mendiskusikan materi-materi yang telah diberikan oleh dosen. Dosen dapat hadir dalam group ini untuk memberikan sedikit ulasan tentang materi yang diberikannya.
· Personal administratif supporting system
dimana para siswa dapat me-review membershipnya dalam suatu course, menyediakan informasi siswa, prestasi mahasiswa dan sebagainya
· General information
Menyediakan informasi umum untuk peserta atau pengunjung web pada umumnya. Serta menyediakan beberapa fasilitas untuk umum tanpa proses registrasi peserta terlebih dahulu.
· Pendalaman dan ujian
Biasanya dosen atau guru sering mengadakan quiz-quiz singkat dan tugas-tugas yang bertujuan untuk pendalaman dari apa yang telah diajarkan serta melakukan test pada akhir masa belajar. Hal ini juga harus dapat diantisipasi oleh suatu web based distance learning
· Digital library
Pada bagian ini, terdapat berbagai informasi kepustakaan, tidak terbatas pada buku tapi juga pada kepustakaan digital seperti suara, gambar dan sebagainya. Bagian ini bersifat sebagai penunjang dan berbentuk sebagai suatu database.
· Materi online diluar materi pelajaran
Untuk menunjang proses belajar, diperlukan juga bahan-bahan bacaan dari web-web lainnya. Karenanya pada bagian ini, dosen dan siswa dapat langsung terlibat untuk memberikan bahan-bahan online lainnya untuk di publikasikan kepada peserta lainnya.
Mewujudkan ide dan keinginan di atas dalam suatu bentuk realitas bukanlah suatu pekerjaan yang mudah tapi bila kita lihat ke negara lain yang telah lama mengembangkan web based distance learning, sudah banyak sekali institusi atau lembaga yang memanfaatkan metode ini. Bukan hanya skill yang dimiliki oleh para engineer yang diperlukan tapi juga berbagai kebijaksanaan dalam bidang pendidikan sangat mempengaruhi perkembangannya. Jika dilihat dari kesiapan sarana pendukung misalnya hardware maka agaknya hal ini tidak perlu diragukan lagi. Hanya satu yang selalu menjadi concern utama pengguna internet di Indonesia yaitu masalah bandwidth, tentunya dengan bandwidth yang terbatas ini mengurangi kenyamanan khususnya pada non text based material.
Munculnya web based distance
learning, tentunya akan membuat para guru atau dosen yang kurang mengetahui
konsepnya akan merasa terancam dari pekerjaannya tapi sebenarnya itu semua
tidak beralasan, sebab masih banyak yang perlu dilakukan oleh guru atau dosen
tersebut, sebut saja mempersiapkan materi, memberi tugas, quiz, ujian, membuat
soal, memeriksa jawaban esai dan sebagainya. Bagaimana mungkin hal-hal tersebut
tidak melibatkan mereka, bila kita memandang dari sisi para siswa, apakah
mereka siap untuk tidak berinteraksi langsung face-to-face dengan dosen atau
gurunya ?. Agaknya pertanyaan ini akan menimbulkan suatu fakta yang menggelitik
bahwa tidak sedikit siswa yang justru senang ketika dosen atau gurunya tidak
masuk ke kelas. Jawabannya terpulang kepada kita sendiri, toh anda pernah
mengalami atau sedang mencari ilmu.
F.
Kelebihan dan Tantangan Penggunaan Teknologi Internet dalam Proses Pembelajaran
Pada
uraian di muka telah diungkapkan mengenai jenis-jenis web based learning
berdasarkan level interaktifitas dan model bisnisnya. Selanjutnya penulis
mencoba mengungkap beberapa kelebihan dan tantangan yang mungkin akan dihadapi
dalam penerapan web based learning ini. Dari beberapa diskusi di Internet yang
pernah diikuti penulis, penggunaan teknologi Internet mempunyai kelebihan dan
kekurangan dibanding sistem yang lainnya. Beberapa pihak memandang salah satu
keuntungan dari penggunaan Teknologi Internet ini sebagai kemampuan teknik
untuk menembus batas waktu dan tempat, kemudahan dalam melakukan pembaharuan
terhadap bahan ajar atau informasi yang akan disampaikan, mempermudah hubungan
antara siswa dengan narasumber, terbukanya kesempatan yang sangat luas untuk
mempelajari budaya lain.
Kelebihan-kelebihan
tersebut juga memiliki tantangan dari sudut pandang yang berbeda. Pengenalan
dan pengetahuan mengenai budaya lain memungkinkan terjadinya proses akulturasi
yang lebih cepat. Hal ini tentu saja dapat mengancam kebudayaan asli yang
dimiliki bangsa Indonesia. Komunikasi antar budaya yang berbeda memungkinkan
terjadinya kesalahpahaman pada saat proses belajar berlangsung.
Oleh karena itu, semua aspek yang menyangkut sistem belajar jarak jauh ini
dapat dikaji lebih dalam dan luas,
tidak hanya pada sisi teknologinya saja. Mulai dari sistem kebijakan, sistem
administrasi, manajemen, perancangan kurikulum, perancangan instruksional,
sumber daya manusia yang akan mendukung pengembangan dan operasional.
Dari
segi proses belajarnya sendiri, diperlukan motivasi yang kuat dari seorang
murid untuk menyelesaikan proses belajar melalui media ini. Mengapa demikian?
Karena dalam sistem ini, proses belajar akan dipusatkan pada kemandirian dari
seorang siswa. Sedangkan guru pada akhirnya akan bertindak sebagai fasilitator
saja yang memandu murid untuk mengkontruksi informasi-informasi yang diketahui
oleh muridnya menjadi sebuah pengetahuan. Jadi sebaiknya hubungan penggunaan
media ini dengan tingkat kemandirian siswa dapat diperhatikan, sehingga
memudahkan untuk menentukan level pendidikan seperti apa sistem belajar jarak
jauh ini diterapkan, apakah Sekolah Dasar, Menengah, pendidikan tinggi, formal,
non-formal, dan lain-lain.
Bagi
penyelenggara pendidikan, mungkin ini adalah sebuah cara baru dalam
menyelenggarakan suatu layanan pendidikan. Dengan menggunakan web, penggunaan
waktu lebih effisien, sehingga tidak perlu lagi dicetak buku/modul pelajaran.
Apabila dalam belajar jarak jauh konvensional terdapat fase-fase tertentu dalam
menyiapkan materi, diantaranya mencetak modul dan kemudian mengirimkannya. Ada
kemungkinan bahwa bahan tersebut tidak sampai pada waktu yang tepat. Dengan
menggunakan web, semua hal tersebut dapat dikurangi dalam waktu yang singkat.
Hanya dengan melakukan upload ke internet, semua orang darimana saja dan kapan
saja dapat mengakses atau membaca materi tersebut.
Dari
segi biaya tentu saja tidak akan sama dengan cara penyelenggaraan secara
konvensional. Komponen-komponen biaya yang mungkin akan muncul adalah biaya
berlangganan Internet dan operasionalnya, biaya desain dan pengembangan web itu
sendiri. Sulit dikatakan bahwa penyelenggaraan pendidikan yang mana yang lebih
murah dalam pelaksanaannya melalui web atau secara konvensional. Semua
tergantung bagaimana pola layanan yang akan dijalankan. Bagi user atau siswa,
hal ini merupakan cara baru dalam belajar dan diperlukan upaya-upaya untuk
beradaptasi dengan hal tersebut. Salah satu keuntungan dari belajar melalui web
adalah murid dapat belajar darimana saja dan kapan saja. Tetapi mereka harus
mempertimbangkan faktor biaya tambahan untuk berlangganan Internet atau
mengakses internet melalui jasa warnet.
Pengungkapan
kelebihan ataupun tantangan yang akan dihadapi bukan berarti bahwa penggunaan
teknologi informasi (web based learning) ini harus mutlak diterapkan ataupun
tidak diterapkan. Tetapi uraian tersebut dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam penerapan teknologi informasi secara tepat sasaran dan
tepat guna.
Demikian
telah diuraikan mengenai web based learning mulai dari konsep dasar,
jenis-jenis web based learning dan model bisnisnya. Selain itu diungkapkan juga
perbedaan mendasar antara situs web yang hanya menyajikan informasi dengan web
yang sudah memenuhi kriteria web based learning. Di Indonesia sendiri belum
banyak yang memanfaatkan internet/intranet sebagai media untuk pembelajaran,
namun telah mengarah ke dalam pemanfaatan teknologi informasi dalam bidang
pendidikan yang sudah mulai terlihat dengan bermunculannya situs-situs learning
portal, seperti KSI-nya www.plasa.com ataupun http://www.supersiswa.com. Sebelum terjadinya
booming penggunaan teknologi Informasi dalam dunia pendidikan, sebaiknya
rambu-rambu yang akan mengatur proses dari sistem pendidikan diperhatikan,
sehingga pemanfaatan teknologi informasi ini dapat berjalan dengan baik.
Teknologi hanya merupakan alat yang dapat membantu manusia melakukan
aktifitasnya. Oleh karena itu, dalam pemanfaatannya harus ditelaah dan disikapi
dengan bijaksana, sehingga akan diperoleh manfaat yang sangat berguna. Ada
baiknya implementasi dari pemanfaatan teknologi informasi dalam dunia
pendidikan ini dilakukan secara bertahap, baik dari sisi model teknologinya
sendiri (dari yang sederhana sampai yang paling mutakhir) maupun yang lainnya.
[1] Onno W Purbo, & Aditya A. Hartanto, Teknologi
e-Learning Berbasis PHP dan MySQL, (Jakarta: Elek Media Komputindo,
2002) h.
[2] Brunner, Laurel dan Jectice, Zoran, Mengenal
Internet for Beginner, (Bandung, Mizan, 1998) cet. I h.
[3] Fahmi Azmiar, Mengoptimalkan Multimedia sebagai Saran Mencerdaskan Bangsa, dapat dilihat pada http://www.indosat.net.id/elekktro.html
[4] Situs adalah kumpulan dari keterkaitan antar halaman-halaman web, sebagai contoh Balitbang (www.pdk.go.id) mempunyai lebih dari satu situs web, misalnya untuk pusat-pusat yang berada di lingkungannya seperti, Puslit, Puskur, Pusinfot, Puslitbang sisjian, Pusinov, dan Pustekkom
[5]
Sandjadja S & R. Raharjo, Pendidikan
untuk Semua melaui Pendidikan Jarak Jauh, pustekkom. Lih. www.pustekkom.go.id/jurnal
[6] Untuk memahami pengertian dan teori komunikasi sehingga dapat berjalan secara efektif, banyak ahli komunikasi mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya “The Sructur and Fungsion of Communication in Society, yang menyatakan bahwa komunikasi harus meliputi unsur komunikator (communicator, source, sender), pesan (massage), media (channel, medium), komunikan (communicant, receiver), dan efek (effect, impact, influence). Berdasar paradigma Laswwell tersebut, komunikasi adalah proses penyampain pesan oleh komunikator kepada komunikan memalui media yang menimbulkan efek tertentu. Untuk lebih jelasnya lih. Uchyana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: Rosdakarya, 1992) h. 9-10