BAB. I
Perkembangan
teknologi informasi memiliki dampak yang sangat besar dalam tiap lini kehidupan
kita sekarang ini, mulai dari pemerintahan, administrasi, ekonomi,
pendidikan dan lain-lain. Dalam pemerintahan
kita kenal dengan e-gaverment, sedang dalam bidang ekonomi melahirkan
konsep dan model e-businiss, e-commerce ataupun e-maketing.
Begitupun istitusi/lembaga pendidikan
mulai memanfaatkan teknologi informasi tersebut yang memunculkan istilah
e-school, e-learning, online learning, atau web based learning dan
masih banyak istilah lainnya.
Karena begitu
cepat dan pesatnya perubahan hidup dan peradaban di planet bumi ini, maka kita
bertanya-tanya, “bagaimana model pendidikan
yang relevan untuk masa depan?” , “Manakah lembaga
pendidikan yang pas dan berguna untuk
masa depan?”. Mungkin itulah
sebagian pertanyaan yang kita lontarkan agar pendidikan tetap survive dalam atmosfer budaya
yang penuh dengan tantangan dan kompetitif, adalah suatu keharusan dan kewajaran
kita cepat berbenah mengkontruksi kembali pendidikan kita yang kian hari kian terpuruk. Namun Sabine Etzold [1]
memberikan pertanyaan yang sangat mendasar bagi kelangsungan lembaga
pendidikan , “Adakah sesungguhnya masa depan buat pendidikan ?”, suatu
pernyataan yang menyentak dan mungkin sebagian orang menganggapnya terlalu
ektrim. Namun bagi penulis itu adalah hal yang menjadi motivasi kita lebih
jeli, inovaif, kreatif, efektif dalam merumuskan kembali kebijakan yang
berkaitan dengan pendidikan .
Tuntutan
pembaharuan-perbaikan pendidikan (reformasi
pendidikan ) merupakan suatu hal yang “harus”, karena
pendidikan merupakan hal yang
menyangkut kepentingan publik yang berimplikasi pada publik accountability dan
efficacy sebagai salah satu patokan keseriusan pelaksanaan kebijakan dan
program pendidikan . Apalagi kita sadari bahwa pendidikan merupakan bantalan vital dalam pembangunan
suatu bangsa. Pendidikan yang banyak
ditafsirkan sebagai suatu usaha yang terproses dalam mewujudkan manusia yang manusiawi
(memanusiakan manusia), pada dekade terakhir ini mendapat tantangan
besar akibat percepatan aliran ilmu pengetahuan dan teknologi.
Visi dan misi
pendidikan di Indonesia yang dirumuskan
dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) dengan jangka waktu 5 tahun
sekali, selalu kehilangan orientasi dan “lepas kendali” sehingga ruhnya entah
kemana. Visi dan misi pendidikan tentu
harus ada relevansinya dengan tuntutan zaman yang mengitarinya. Karena setiap orde mempengaruhi orientasi -
kebijakan (policy) dalam pendidikan , entah itu secara teoritis atau dalam
praktiknya.[2] Adalah suatu
pesan yang sangat agung dari Nabi besar SAW, sebagaimana sabdanya :
Didiklah generasi (anak-cucu) kalian, sebab mereka (akan)
hidup pada suatu zaman yang berbeda dengan zamanmu.
Pendidikan merupakan jembatan penolong dalam
mengantarkan kita pada tatanan masyarakat pembelajar (learning society)
yang terus belajar dalam bahasa agama ‘belajar dari mulai ayunan (mahd)
sampai liang kubur (lahd) ’à (no limit
to study) menjadi acuan dasar untuk merefleksikan tugas mulia
pendidikan tersebut dalam meningkatkan
tarap hidup suatu bangsa.[3]
Dengan
menggandeng kemajuan teknologi khususnya teknologi informasi (telematika)
diharapkan pendidikan tersebut akan
lebih baik serta fleksible, baik dalam sistem yang hendak dikembangkan, materi
yang dapat diakses siswa, proses intruksional dan pembelajaran yang akan
diterapkan, serta bagaimana mencari solusi alternatif bila ditemukan hambatan
dari siswa/mahasiswa, guru/dosen, atau penyelenggara pendidikan . Lebih jauh dari itu salah satu faktor yang paling
berperan dalam teknologi informasi adalah masalah jaringan (net) dan
media akses yang menjadi penghubung antar sumber belajar dan pihak-pihak yang
terlibat dalam proses pembelajaran tersebut.[4]
Belajar dengan
memanfaatkan teknologi informasi khusunya internet, diprediksi akan menjadi
trend model pendidikan abad 21 dengan
tanda bahwa seluruh masyarakat dibelahan negeri bumi ditarik dalam suatu
tatanan masyarakat yang mengglobal.[5] Sebuah isyarat dunia tanpa sekat, menembus
batas-batas teritori, kita dapat mempelajari budaya masyarakat lain tanpa harus
pergi ke tempat mereka berada, hanya tinggal klick atau memanfaatkan seach
Angine maka informasi yang kita perlukan benderet, terserah kita akan
membaca dan belajar tentang apa saja, dunia berada dijemari lentik kita. Pola
dan proses edukasi akan mengalami perubahan yang signifikan, itulah salah satu
penawaran media internet kepada kita Kita akan menjumpai sekolah, kampus tanpa
dinding, bahkan tanpa ruang. [6]
Media
pendidikan dengan masukan teknologi
pendidikan dipandang sebagai salah satu
komponen yang mempengaruhi proses pembelajaran, karena mampu memiliki nilai
tambah entah itu bersifat tangible ataupun intangible bergantung
dari sudut mana kita memandang proses dan hasil yang dibentuknya. Manfaat bagi
siswa/mahasiswa (stake holder) akan memperbarui pola pikir bahwa belajar
tidak hanya dapat dilakukan di sekolah belaka, atau tergantung kepada pihak
guru yang selalu membombardir siswa dengan materi pelajaran. Dengan model e-learning,
web based learning, atau pendidikan
jarak jauh online yang berbasiskan internet ini, siswa (leaner)
bisa mengakases informasi (bahan ajar)
dari server atau web dengan cara browsing, downloading, chating,
tele-conference, menjadi komunitas dari newsgroup dan aplikasi program lainnya.[7]
Sehingga ia bisa berkomunikasi dengan siswa lain, guru atau sumber belajar
lainnya yang tersebar pada tiap oase virtual ilmu pengetahuan baik secara syncrounus (real time)
ataupun secara asyncrounus. Pada waktu itulah terjadi pertukaran
informasi bahan ajar. Belajar semacam ini akan cenderung kepada learning based dari pada teaching
based. [8]
Sungguh suatu inovasi dan revolusi cara belajar.
Hal di atas
menunjukan adanya pergeseran drastis paradigma pendidikan yang terlahir akibat aliran informasi dan
pengetahuan yang begitu cepat karena teknologi informasi internet yang
memungkinkan tembusnya batas teritori, ruang, waktu,kemapanan dan birokrasi.
Memang ini merupakan tantangan bagi sistem pendidikan konvensional yang dapat kita baca penjelasan dalam konsep Nusantara-21 (http://n21.ac.id
).
Wanti-wanti sebelum
lahirnya konsep nusantara-21, badan PBB yang secara inten menangani
masalah pendidikan (UNESCO) berupaya mengimbangi tuntutan
pendidikan abad 21 dengan menggali kembali
dan memperkenalkan “The Four Pillar of Education” yang meliputi Learning to Know, Learning
to do, Learning to live together, dan Learning to Be. Sebagai
antisipasi perubahan yang bukan hanya linier namun mungkin bersifat
eksponensial dalam tatanan masyarakat yang mengglobal tersebut.[9]
Oleh karenanya berbagai
negara secara dini mencari inovasi dan kreasi baru dalam menyelamatkan generasinya dengan jalan memberi konsentrasi
lebih terhadap kelangsungan pendidikan nya. Seorang futurolog John Naisbitt
dalam karyanya ‘Megatrend 2000’ menasehati kita bahwa pendidikan merupakan kunci dalam menghadapi abad
globalisasi ”Education and training must be major priority: they are is key
maintaining competitiveniss”.
Suatu sistem pendidikan merupakan suatu proses yang terus menerus
mencari dan menyempurnakan bentuknya. Sebagai suatu proses, sistem
pendidikan nasional haruslah peka
terhadap dinamika kehidupan berbangsa yang kini menutut perubahan dipelbagai
bidang, serta dinamika dari perubahan dunia yang dikenal sebagai gelombang
globalisasi.[10]
Teknologi
informasi khsususnya internet telah menjumpakan antara pendidikan dan samudra ilmu pengetahuan yang merupakan
suatu kesempatan untuk memunculkan bakat dan potensi para pendidik yang
inovatif. Sosok guru dalam era
informasi yang bercirikan information superhighway tentu memerlukan
kompetensi lain dari sosok guru yang kita kenal dewasa ini. Adalah sosok guru
yang mampu menjadi fasilitator yang mengantarkan, mengarahkan dan membimbing
peserta didik dalam mengembangkan analisis untuk mengolah informasi menjadi
ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan (wisdom) dalam meningkatkan kualitas
tarap hidupnya.[11] Semua itu
bukan saja merupakan tugas dan kewajiban guru saja, namun menjadi kemestian
bagi kita semua yang menginginkan generasi yang jauh dari keterbelakangan.
Bagi umat
Islam, perlulah kita merumuskan kembali kebijakan pendidikan agama yang telah usang untuk keadaan
sekarang, dengan menggali dan menafsirkan kembali filsafat pendidikan Islam,
dengan tidak bersikap acuh untuk mengakui kelebihan-kelebihan idiologi
pendidikan lain, yang difalsafahi demi kesadaran untuk menjadikan manusia sebagai
manusia nan utuh, dengan kata lain menjadikan manusia sebagai “manusia yang
sadar diri”.[12] Namun
jangan menganggap bahwa “internet”
tersebut sebagai penyelamat ketertinggalan pendidikan kita, ia hanya merupakan media (tools) yang bergantung
kepada kita (manusia) yang menggunakannya. Disinilah kita akan diuji apakah
akan menjadi pemuja teknologi, atau menjadikannya sebagai media
(alternatif) dalam menyelesaikan masalah pemerataan pendidikan supaya lebih efektif dan efesien.[13]
Mengingat kondisi geografi, demografi serta
budaya bangsa Indonesia yang memungkinkan dikembangkannya cara-cara baru
yang lebih inovatif terhadap program pemerataan (mutu) pendidikan . Ini
pun akan memberi kesempatan (opportunity) terhadap pelajar-pelajar daerah untuk menjembatani kesenjangan (devide)
digital. Lebih dekat lagi, aplikasi
internet dalam pendidikan akan
banyak membantu sistem pendidikan jarak
jauh yang telah lama diterapkan di Indonesia. [14]
Reorientasi dan
rekontruksi pendidikan agama sangat
mendesak untuk kita tekankan kembali agar pendidikan mendapatkan suasana kondusif dalam atmosfer kebebasannya,
sehingga ia benar-benar sebagai pencerdas-pencerah suatu bangsa secara utuh,
yang selalu kritis dan peka terhadap dinamika perubahan zaman, respeks terhadap
kebutuhan masyarakat, serta benar-benar mampu mengarahkan setiap siswa pada
fitrahnya. Terang saja, terus terang konsesnsus kesepakatan kita mengatakan
bahwa posisi dan peran pendidikan agama sangat strategis dalam mengembangkan
berbagai potensi yang tersimpan dan belum tergali secara optimal.
Dari berbagai
alasan yang penulis paparkan di belakang, maka penulis sangat tertarik untuk
mengangkat tema pendidikan yang berkaitan dengan peran teknologi informasi
tersebut. Sebagaimana judul skripsi ini, di bawah kibar bendera “Web Based
Learning: Pemanfaatan Teknologi Internet dalam Pendidikan Agama”.
Adapun yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi
yang diajukan ini sebagai pemenuhan salah satu syarat akademis untuk meraih
kesarjanaan Pendidikan Islam (S.Pd.I). Namun lebih penting dari itu penulis
sangat berharap banyak bahwa skripsi ini akan berguna untuk bahan
masukan/kontribusi dalam lingkup dunia pendidikan khsususnya menghadapi tantangan globalisasi, menambah pengetahuan
yang tidak hanya menjadi sebuah wacana pengembangan media pendidikan ,
memperkaya metode dalam pembelajaran. Pun jua bisa menjadi semacam warning
dunia pendidikan untuk mendapatkan
ruhnya kembali dalam proses pembentukan manusia yang utuh dan menyeluruh. Dan semoga berguna memberi nilai tambah bagi
penulis pribadi, atau mungkin yang terhormat : para pakar, prkatisi pendidikan
, guru, para instruktur, dan yang lainnya, pada setiap jiwa yang peduli
terhadap kelangsungan dunia pendidikan
di sekitar kita. Adalah menjadi
motivasi yang bersahaja dan tak ternilai adanya.
Mengingat banyaknya
pointer-pointer dalam pembahasan menyangkut media pendidikan , khususnya media
internet, maka penulis memutuskan untuk
membatasinya pada perihal:
Dari pembatasan masalah
di atas maka, perumusan masalah yang penulis pegang adalah:
Penelitian ini
bersifat library reseach (kepustakaan) dengan cara menggali sumber-sumber
penting. Disini penulis membedakannya menjadi dua tipe, yaitu sumber primer berupa
buku, dan sumber sekunder seperti; browsing, downloading, edu-newsgroup,
koran, majalah, atau artikel yang mempunyai relevansi dengan pokok bahasan dan topik yang akan disusun nantinya.
Disamping itu akan pula menggunakan beberapa kamus teknologi informatika
sebagai sumber pembantu.
Dari semua data yang
berhasil disusun, selanjutnya akan disaring dengan analisis dengan menggunakan
metode deskripsi analisis. Metode deskripsi dipakai untuk memperoleh
gamabaran tentang pemahaman – pemanfaatan
teknologi internet dalam proses
pembelajaran. Sedangkan metode analisis diterapkan untuk menganalisa secara
kritis permasalahan tersebut.
Selanjutnya, teknik penulisan skripsi ini mengacu
pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2000”, yang dianggap valid oleh penulis.
Untuk
mempermudah penyusunan skripsi ini, maka penulisannya dibagi ke dalam beberapa
bab dengan perincian sebagai berikut:
Bab. I Berisi
Pendahuluan yang memuat: Latar Belakang Masalah, Tujuan Penelitian, Pembatasan
dan Perumusan Masalah, Metode Penelitian dan Teknik Penulisan, serta
Sistematika Penulisan.
Bab.II Mengungkapkan permasalahan mengenai Kolaborasi Teknologi Internet dengan Pendidikan : Pengertian & Konsep Web Based Learning, Spektrum Bentuk dan Modelnya, Sarana dan Prasarana yang dibutuhkan. Disertai dengan Pembelajaran Lintas Ruang dan Waktu.
Bab. III Mengangkat issu Transisi Pendidikan dalam Arus Globalisasi ; Pendidikan dan Transisi Informasi di Era Digital, Keterkaitan Peranan Teknologi Informasi dengan Bidang Pendidikan , Tarikan Arus Globalisasi terhadap Pendidikan Abad 21, dan Antisipasi Pendidikan Masa Depan dalam Konteks Indonesia.
Bab.IV Pada bagian ini akan disajikan inti permasalahan, anatar lain; Prospek dan Kendala Penerapan Teknologi Internet dalam Pendidikan , Pro-Kontra masukan Internet dalam Proses Pembelajaran, Metode Pembejaran berbasis Web, Internet sebagai Media Alternaif Pemerataan Pendidikan di Indonesia, Peranan Guru dalam Pembelajaran via Internet, dan Mengukur Kesuksesan Web Based Learning
Bab. V Adalah penutup, berisi Kesimpulan dan Saran yang didasarkan pada uraian bab-bab sebelumnya.
[1] Sabine Etzold, Thema onhe Glanz, Die Zeit,No. 38, 1998, hal 14
[2] Bambang Indrianto, Dr., Kendala Reformasi Pendidikan , Pustekkom (www.pustekkom.go.id)
[3] Ahmad Syafi’i M, et.al., Pendidikan di Indonesia antara Cita dan Fakta, )Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1991(, h. 8
[4] Bobbi DePorter, Mark Reardom, dan Sarah Singeuri-Nourie Hernacki Mike, Quantum Teaching : Menerapkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas, )Bandung: Mizan-Kaifa, 1999( h. 32
[5] H.A.R Tilaar, Dr. MSc.Ed, Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam Perspektif Abad 21, )Jakarta: Tera Indonesia, 1999(, cet. II, h. 123
[6] John Naisbit, Nana Naisbit dan Douglas Philips, Hight Tech Hight Touch, )Bandung: Mizan-Kaifa, 2001(, h. 76-82
[7] Onno W. Purbo, & Hartanto, A. Aditya, Teknologi e-Learning Brbasis PHP dan MySQL, (Jakarta: Elek Media Komputindo, 2002(, h 2-3
[8] Aris Anata (ed.), Transisi Demografi, Transisi, Pendidikan , dan Transisi Kesehatan di Indonesia, )Jakarta: BKKBN, 1998(, h. 8
[9] Sindhunata (ed.), Menggagas Paradigma Baru Pendidikan, (Yogyakarta: Kanisius, 2000(, h. 55
[10] Gordon Dryden dan Jeannette Vos, Dr., Revolusi Cara Belajar (The Learning Revolution), bagian II, )Bandung: Mizan-Kaifa, 2001(, cet. I h.
[11] Tilaar, H.A.R, op.cit., h. 6
[12] Lihat, O’neil, William F, Idiologi-idiologi Pendidikan , )Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001(, cet.I h. 33 - 35
[13] Devi Meier, The Accelerated Learning Handbook (terj), )Bandung: Mizan-Kaifa, 2002( h. 248
[14] Indrawati. Dr. M.Ed., Pendidikan Jarak Jauh “On-Line”, Sebuah Alternatif, browsing http://www.geocities.com/vey212/karyailmiah/ppj.htm